Carita Fiksi dalam Pararaton
Nama Ken Angrok kali pertama muncul dlm buku J.L.A.Brandes : Pararaton (Ken
Angrok) of het boek der Koningen van Tumapel en Madjapahit - terbitan
's-Gravenhage -Batavia,1920.
Buku itu menuturkan tokoh Ken Arok, pendiri kerajaan Tumapel yg menurunkan
raja-raja Tumapel dan Majapahit serta aneka peristiwa sejarah yg diberi catatan
tahun peristiwa.
Sebagai historiografi, Pararaton sangat penting dan menarik krn di dalamnya
terdapat kisah-2 sejarah yg belum banyak diketahui
oleh umum. Namun, untuk menjadi rujukan sejarah, historiografi hrs diuji dulu
otentisitas, kredibelitas, validitas historisitasnya.
Kisah Ken Angrok, misal, tdk bisa langsung diteruma sebagai tokoh historis.
Meski sangat mungkin tokoh historis, penyusun Pararaton hrs menyebutkan dari
sumber mana nama Ken Angrok, Ken Dedes, Ken Umang, Mpu Gandring, dll itu
diperoleh, karena belum ditemukan prasasti, kronik, catatan dari sumber asing
yg menyebutkan tokoh-2 tersebut.
Negarakretagama yg mengulas perjalanan Sri Rajasanagara (Hayam Wuruk)
berkeliling mengunjungi pendharmaan leluhur saat datang di Kagenengan ziarah ke
persemayaman leluhur pendiri Tumapel bernama Sri Ranggah Rajasa namanya (sri
ranggah rajasa kyati ngaranira...). Tdk ada sumber lain yg menyebut nama Ken Angrok.
Kisah Ken Angrok sbg anak haram hasil hubungan gelap Ken Endog dgn
"Brahma", yg mengakibatkan Gaja Para mati tdk ditemukan di sumber
mana pun.
Kisah kejahatan Ken Angrok membunuh Empu Gandring dgn akibat jatuhnya
kutukan tujuh turunan dari keris Empu Gandring, terbukti tidak sesuai dgn data
yg tertulis pada prasasti Mula Malurung yg dikeluarkan Sri Prabhu Sminingrat
Wisynu warddhana yg menuturkan Raja Anusanatha wafat krn usia tua dan sakit,
bukan dibunuh Tohjaya seperti Pararaton. Paparan prasasti Mula Malurung
meruntuhkan dongeng dlm Pararaton.
Atas dasar itu, dapat disimpulkan bhw kisah Ken Angrok adalah kisah fiktif
yg disusun untuk menggambarkan tokoh pendiri Kerajaan Tumapel yg merupakan
leluhur raja-2 Majapahit, Demak, Giri, Blambangan, Tabanan, Madura, Pajang,
Mataram, Jogjakarta, Surakarta, termasuk Pangeran Diponegara yg menyulut perang
Jawa 1825 - 1830 yg hampir membuat bangkrut kerajaan Belanda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar