HAUL GUS DUR
Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) memberikan sabutan saat acara puncak
haul ke-4 Gus Dur di Pondok Pesantren Tebuireng Jombang, Jawa Timur,
Jumat (3/1/2013) malam. (JIBI/Solopos/Antara/Syaiful Arif)
Solopos.com, JOMBANG — Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
(SBY) mengaku melanjutkan 5 cita-cita K.H. Abdurrahman Wahid (Gus Dur).
Di hadapan jemaah haul atau peringatan wafat ke-4 Gus Dur di Pondok
Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur, Jumat (3/1/2014) malam, SBY
mengungkapkan ingatannya atas pemikiran fundamental Gus Dur yang ia
terima semasa menjadi menteri mendiang presiden ke-4 Republik Indonesia
itu.
Lima pemikiran fundamental Gus Dur itu disampaikan SBY saat
memberikan sambutan haul atau peringatan wafat ke-4 ulama besar yang
juga mantan presiden tersebut. “Lima pemikiran besar beliau hampir
semuanya masih relevan, hampir semuanya ini menjadi amanah dan agenda
sepanjang masa,” kata Yudhoyono.
Kepala Negara hadir dalam puncak haul itu dengan didampingi Ibu
Negara Ani Yudhoyono. Rombongan kepala negara itu disambut langsung oleh
K.H. Solahuddin Wahid, adik Gus Dur yang juga pengasuh Ponpes
Tebuireng, serta istri mendiang Gus Dur, Shinta Nuriyah Abddurrahman
Wahid.
Menurut SBY, ke-5 pemikiran fundamental Gus Dur yang tak lekang zaman
itu merupakan intisari dari pembicaraannya secara pribadi dengan Gus
Dur saat dirinya menjadi menteri presiden ke-4 Republik Indonesia
tersebut.
Pertama, kata Yudhoyono, Gus Dur menginginkan agar Indonesia menjadi negara majemuk yang rukun.
“Kedua,
beliau sangat gigih dan bahkan mengawali era kepresiden untuk
menghilangkan diskriminasi dengan alasan apa pun. Saya sekarang
melanjutkan apa yang dicita-citakan, ini sangat penting,” kata Presiden.
Ketiga, Gus Dur mengharapkan peran masyarakat yang
partisipatif dan mengurangi peran negara yang dominan. Menurut Presiden,
saat ini, memang sudah tidak lagi berada dalam sistem otoritarian.
Namun, ia menyayangkan masih adanya pola pikir otoriter dalam
masyarakat. Untuk itu, menurut SBY, masyarakat perlu terus didorong
untuk partisipatif mengurangi peran dominan negara.
Keempat, negara tidak boleh mengontrol pikiran rakyatnya.
“Bagi masyarakat yang sudah matang dan arif menggunakan haknya, negara
memberikan ruang kepada mereka karena masyarakat sudah matang,” katanya.
Menurut SBY, dalam masyarakat yang telah matang, warga negara
menyadari batas-batas kebebasannya. Kendati demikian, imbuhnya, pada
masa transisi selalu ada ekses dalam mengekspresikan kebebasan itu.
Kelima, lanjut SBY, Gus Dur menginginkan hubungan sipil dan
militer yang sehat. “Masing-masing mengerti di mana domainnya,” kata
Presiden.
Ini berarti, jelas SBY, militer tidak boleh mendominasi sipil. Namun,
sipil juga harus mengetahui batas-batas wilayahnya. Dia lalu
mencontohkan militer yang tidak boleh memaklumatkan perang. Perang hanya
boleh dinyatakan oleh presiden dan dengan persetujuan DPR. Namun, pada
saat perang, militerlah yang melakukan operasi perencanaan dan serangan,
sipil tidak boleh mencampuri.
Kehadiran SBY dalam haul ke-4 Gus Dur sempat disambut demonstrasi mahasiswa.
Demonstrasi mahasiswa yang digelar sebagai upaya menolak pencitraan
politik partai dengan memanfaatkan haul ulama besar Nahdlatul Ulama itu
digelar pada siang hari. Aktivitas ribuan warga
yang memadati Pondok Pesantren Tebuireng pada Jumat malam semata-mata
terpusat pada prosesi puncak haul berupa doa dan tahlil yang dipimpin
K.H. Masduqi Al Hafidz.
http://www.harianjogja.com/baca/2014/01/04/haul-gus-dur-sby-mengaku-lanjutkan-5-cita-cita-gus-dur-479345
Tidak ada komentar:
Posting Komentar