Nah sebenarnya seperti apa sih Karakter SENGKUNI itu?. Mungkin artikel ini bisa menjelaskan sedikit
seperti apa gambaran karakter SENGKUNI.
Sangkuni, atau yang dalam ejaan
Sanskerta disebut Shakuni (Dewanagari: Ĺšakuni) atau Saubala (patronim dari
Subala) adalah seorang tokoh antagonis dalam wiracarita Mahabharata. Ia
merupakan paman para Korawa dari pihak ibu. Sangkuni terkenal sebagai tokoh
licik yang selalu menghasut para Korawa agar memusuhi Pandawa. Ia berhasil
merebut Kerajaan Indraprastha dari tangan para Pandawa melalui sebuah permainan
dadu. Menurut Mahabharata, Sangkuni merupakan personifikasi dari Dwaparayuga,
yaitu masa kekacauan di muka Bumi, pendahulu zaman kegelapan atau Kaliyuga.
Dalam pewayangan Jawa, Sangkuni
sering dieja dengan nama Sengkuni. Ketika para Korawa berkuasa di Kerajaan Hastina, ia diangkat sebagai patih.
Dalam pewayangan Sunda, ia juga dikenal dengan nama Sangkuning.
Dalam cerita Wayang Mahabarata
Sengkuni adalah Mahapatih sekaligus merangkap penasehat raja di Kerajaan Astina
yang dikuasai keluarga Kurawa. Patih Sengkuni terkenal dengan prinsip hidupnya
yang ekstrem: biarlah orang lain menderita yang penting hidupnya bahagia.
Dengan prinsip hidup seperti itulah Sengkuni menjalani karirnya: munafik,
licin, licik, culas, hasut, penuh tipu muslihat.
Baik dalam versi Mahabharata
maupun versi pewayanagan, Sangkuni merupakan penasihat utama Duryodana,
pemimpin para Korawa. Berbagai jenis tipu muslihat dan kelicikan ia jalankan
demi menyingkirkan para Pandawa.
Usaha Sengkuni yang paling sukses
adalah merebut Indraprastha dari tangan para Pandawa melalui permainan dadu
melawan pihak Korawa. Kisah ini terdapat dalam Mahabharata bagian kedua, atau
Sabhaparwa. Peristiwa tersebut disebabkan oleh rasa iri hati Duryodana atas
keberhasilan para Pandawa membangun Indraprastha yang jauh lebih indah daripada
Hastinapura. Atas saran Sangkuni, ia mengundang para Pandawa untuk bermain dadu
di Hastinapura. Dalam permainan itu Sangkuni bertindak sebagai pelempar dadu
Korawa. Dengan menggunakan ilmu sihirnya, ia berhasil mengalahkan para Pandawa.
Sedikit demi sedikit, harta benda para Pandawa jatuh ke tangan Duryodana,
termasuk istana Indraprastha dan istri mereka, Dropadi.
Hebatnya pula, Sengkuni adalah
pemilik ajian Pancasona, sebuah ilmu kedigdayaan yang membuatnya sakti
madraguna: punya daya tarik, kebal terhadap segala jenis senjata, bahkan bila
tubuhnya terputuspun tubuhnya bisa tersambung (utuh) kembali. Maka jadilah
Sengkuni sebagai sosok manusia jahat yang sulit ditaklukkan. Mengingat cerita
wayang adalah filsafat yang dikemas dalam kesenian, maka sosok Sengkuni dengan
Ajian Pancasonanya hanyalah potret (gambaran) karakter manusia sepanjang masa.
Dia adalah symbol kemunafikan, keserakahan, arogansi, dan keangkaramurkaan.
Kapan pun dan dimana pun di dunia ini, manusia-manusia berkarakter Sengkuni
akan selalu ada, bahkan di sekitar kita kini dan di sini.
Hanya Bima yang Bisa Membunuh Sengkuni:
Di akhir kisah Perang
Baratayudha, ketika sebagaian besar keluarga Kurawa dan Pandawa sudah gugur di
medanKurusetra, giliran Sengkuni menemui ajalnya di tangan Bima dengan senjata
Kuku Pancanaka.
Dengan Kuku Pancanaka yang
terbuat dari gading gajah kayangan itulah Bima ditakdirkan berhasil membunuh
Sengkuni, patih licik yang telah membuat Bima bersaudara, Pandawa, menderita
lahir bathin: kehilangan tahta dan terusir dari istana.
Namun cerita versi lainnya
mengatakan bahwa:
Kisah versi India sedikit berbeda
dengan Kakawin Bharatayuddha yang ditulis pada zaman Kerajaan Kadiri tahun
1157. Menurut naskah berbahasa Jawa Kuna ini, Sangkuni bukan mati di tangan
Sadewa, melainkan di tangan Bima, Pandawa yang kedua. Sangkuni dikisahkan mati
remuk oleh pukulan gada Bima. Bima kemudian memotong-motong tubuh Sengkuni
menjadi beberapa bagian.
Sumber: forum.viva.co.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar