BANTUL (KRJogja.com) - Merosotnya harga telur ayam
dilevel kisaran Rp 12.000,/kg sangat merugikan peternak. Dengan harga
tersebut biaya operasional peternak tidak akan pulih. Karena untuk
mencapai break event point (BEP) harga mestinya pada kisaran Rp
14.000,/kg hingga Rp 15.000,/kg.
Subagyo, peternak ayam petelur di Dusun Jodog Desa Palbapang Bantul, Jumat (21/3) mengungkapkan harga telur anjlok sudah terjadi tiga pekan terakhir. Sebelum harga turun, setiap kilonya kisaran Rp 14.000,/kg bahkan lebih. Meski anjloknya harga telur di luar kewajaran, namun pihaknya tidak bisa berbuat banyak. Ketika ditanya pemicunya, suami Ny Wiwik ini juga tidak tahu secara pasti. "Tidak tahu, mungkin ada permainan, karena situasi sulit seperti ini pernah terjadi tahun 1997/1998, dan kali ini," ujar Subagyo.
Dalam kondisi seperti sekarang ini tidak banyak yang bisa dilakukan, kecuali bertahan dengan terus menanggung kerugian. Tidak mungkin peternak mengurangi pakan ayam, termasuk nutrisinya. Karena faktor makanan sangat berpengaruh pada produktivitas ayam dalam bertelur. "Tidak mungkin pakan dan nutrisi ayam dikurangi dengan alasan apapun atau diganti," ujar Subagyo. Sementara Sarju, peternak ayam petelur di Sanden Bantul mengungkapkan hal sama terkait anjloknya harga di pasaran. Dengan harga sekarang ini, peternak tidak berkutik. Untuk sekarang ini, paling realistis dilakukan bertahan sambil berharap harga segera pulih.
Terpisah Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Bantul, Drs Sulistiyanto MPd mengungkapkan, ajloknya harga telur ayam murni akibat tidak seimbangnya pasokan dan permintaan. Sekarang ini, permintaan telur sangat rendah, sementara produksi terus mengalami peningkatan. Berdasarkan pantauan Disperindagkop Bantul di pasar, permintaan telur mengalami penurunan sangat tajam. Tetapi kondisi ini diyakini akan segera normal kembali dalam beberapa bulan ke depan. (Roy)
Subagyo, peternak ayam petelur di Dusun Jodog Desa Palbapang Bantul, Jumat (21/3) mengungkapkan harga telur anjlok sudah terjadi tiga pekan terakhir. Sebelum harga turun, setiap kilonya kisaran Rp 14.000,/kg bahkan lebih. Meski anjloknya harga telur di luar kewajaran, namun pihaknya tidak bisa berbuat banyak. Ketika ditanya pemicunya, suami Ny Wiwik ini juga tidak tahu secara pasti. "Tidak tahu, mungkin ada permainan, karena situasi sulit seperti ini pernah terjadi tahun 1997/1998, dan kali ini," ujar Subagyo.
Dalam kondisi seperti sekarang ini tidak banyak yang bisa dilakukan, kecuali bertahan dengan terus menanggung kerugian. Tidak mungkin peternak mengurangi pakan ayam, termasuk nutrisinya. Karena faktor makanan sangat berpengaruh pada produktivitas ayam dalam bertelur. "Tidak mungkin pakan dan nutrisi ayam dikurangi dengan alasan apapun atau diganti," ujar Subagyo. Sementara Sarju, peternak ayam petelur di Sanden Bantul mengungkapkan hal sama terkait anjloknya harga di pasaran. Dengan harga sekarang ini, peternak tidak berkutik. Untuk sekarang ini, paling realistis dilakukan bertahan sambil berharap harga segera pulih.
Terpisah Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Bantul, Drs Sulistiyanto MPd mengungkapkan, ajloknya harga telur ayam murni akibat tidak seimbangnya pasokan dan permintaan. Sekarang ini, permintaan telur sangat rendah, sementara produksi terus mengalami peningkatan. Berdasarkan pantauan Disperindagkop Bantul di pasar, permintaan telur mengalami penurunan sangat tajam. Tetapi kondisi ini diyakini akan segera normal kembali dalam beberapa bulan ke depan. (Roy)
Sumber : http://kr.co.id/read/209301/harga-telur-anjlok-peternak-terus-merugi.kr
Tidak ada komentar:
Posting Komentar