Kontruksi tasawuf berdasarkan Hamka (Indonesia), Said Kurdi (Turki) dengan sikap moderat dan aplikatif terhadap masyarakat dengan berpegang teguh Alquran dan Alhadist.
Hamka berpijak pada Alquran dan Alhadist dengan menegakkan tauhid sebagai penerangan. Sedangkan Said Kurdi mengutarakan konstruksi tasawuf dari Alquran dengan jalan ketidak berdayaan, kefakiran, kasih sayang dan refleksi semuanya sudah termasuk hakekat dan syariah dengan cara membenarkan agama, menjauhi dosa besar supaya kita bertakwa.
Ormas dan LSM bergabung secara demokratis, aspiratif dan komunikatif.
Sifat-sifat Orang yang Mendapat Amalan Batin
Telah kita katakan bahwa kita mesti beribadah kepada Allah lahir dan batin. Ibadah lahir disebut syariat. Ibadah batin disebut hakikat. Orang yang sudah melaksanakan syariat akan terlihat oleh kita tandanya yaitu mengucap dua kalimah syahadah, shalat, puasa, zakat, haji, membaca Al Quran, selawat, zikrullah, menutup aurat, menuntut ilmu, bersilaturrahim dan cara hidup lainnya yang diperintahkan oleh Allah SWT dengan meninggalkan (tidak melakukan) segala sesuatu yang dilarang oleh Allah.
Begitu juga orang yang melakukan ibadah batin, terlihat juga tanda-tandanya. Tanda-tanda itu tidak dapat dilihat oleh mata lahir kita, sebab tersembunyi di dalam hati.
Hal itu hanya dapat dilihat oleh orang itu sendiri dengan merasakan gerak dan arah perjalanan hati kita. Hati yang sudah melakukan ibadah berbeda dengan hati yang masih durhaka.
Untuk mengetahui perbedaan itu supaya kita dapat mengenal hati kita, apakah sudah taat atau masih durhaka, akan ditunjukkan tanda-tanda atau sifat-sifat hati yang tinggi kedudukannya, yang dimiliki oleh orang-orang yang melakukan ibadah batin:
A. SYARIATNYA KUAT
Orang yang kuat beribadah batin pasti akan kuat pula ibadah lahirnya (syariat). Tetapi perlu diingat bahwa orang yang kuat syariat lahir saja belum tentu kuat ibadah batinnya.
Hal itu disebabkan pada diri kita, hati (jasad batin) adalah pemimpin sedangkan anggota-anggota lain (jasad lahir) sebagai pekerja. Kita makan karena hati kita menyuruh kita makan. Kaki dan tangan pun bekerja untuk mencari makanan. Kita hendak ke masjid adalah karena amalan hati kita. Kaki kita hanya menurut saja. Tetapi kalau hati tidak mau pergi walau masjid di sebelah rumah pun, kaki tidak akan melangkah pergi.
Begitu besarnya kuasa dan peranan hati dalam menentukan corak hidup kita. Sebab itu kalau hati sudah baik, taat menghambakan diri pada Allah, hati akan mengarahkan semua anggota lahir untuk tunduk menyembah kepada Allah SWT. Semua perintah Allah akan ditaati tanpa tanya jawab lagi. Semua larangan Allah akan ditinggalkan tanpa ragu-ragu.
Firman Allah : Terjemahannya : Dan mereka berkata, "Kami dengar dan kami taat." (Dan mereka berdoa), "Tuhan, kami mohon keampunanMu, dan kepadaMulah tempat kembali" (Al Baqarah : 285)
Shalat fardhunya baik, shalat sunat hajat dan lain-lain tidak ditinggalkan. Puasa sunat dianggap penting dan selalu dilakukan dengan senang hati. Membaca Al Quran, selawat, wirid, zikir, tahlil, tasbih dan tahmid dan lain-lain telah menjadi nyanyian rutin yang mengasyikkan. Berjuang untuk menyebarkan agama Allah terasa satu kewajiban yang mesti dilakukan sehingga tidak pernah jemu dan letih karena perjuangan.
Kuat berkorban harta, fikiran, waktu dan tenaga untuk membantu Islam dan umat Islam. Tidak bermewahan dengan rezeki pemberian Allah sekalipun halal dan hanya diambil sesuai keperluan saja. Kelebihannya diserahkan untuk jihad. Sebab itu rumahnya sederhana, pakaian, dan makan minum juga sederhana. Karena hatinya menyuruh tutup aurat maka ia akan melakukannya tanpa peduli apa yang dikatakan orang. Hatinya menyuruh berderma dan bersedekah maka ia akan melakukannya tanpa takut miskin dan bimbang pada hari depan. Hatinya menyuruh ia berjemaah sesama kaum muslimin maka ia pun ikut berjemaah tanpa ragu meninggalkan alam dan kawan di luar jemaah.
Karena hatinya menyuruh menghentikan pergaulan bebas maka ia akan berhenti tanpa takut kehilangan jodoh. Dan apa saja yang disuruh oleh hatinya, ia akan taat.
Hati yang taat dan takut pada Allah akan menyuruh kita mengikuti semua suruhan Allah. Tidak pernah terlintas dalam hati orang-orang soleh satu keinginan untuk durhaka pada Allah. Hatinya tidak pernah berencana untuk melakukan larangan Allah.
Sebab itu orang yang kuat ibadah batinnya, cukup kuat meninggalkan hal-hal yang haram, makruh dan syubhat. Tidak melakukan zina, tidak menipu, tidak minum arak, tidak berjudi, tidak mengambil pinjaman riba (bank) untuk membeli rumah atau mobil, tidak terlibat dengan suap, tidak berkhianat, tidak merokok, tidak mengumpat, tidak memfitnah, tidak bergaul bebas lelaki dan perempuan, tidak mubazir dan bermewah-mewah, tidak berfoya-foya, tidak terlibat dengan musik-musik haram, tidak bercintaan antara lelaki perempuan secara haram dan lain-lain.
Hati yang kuat dengan Allah akan melarang keras untuk terlibat dengan pekerjaan yang dikutuk oleh Allah. Hati yang sempurna ibadahnya akan menolak semua perkara yang dibenci Allah.
Tegasnya hanya hati kita yang bisa membetulkan diri kita dan hati juga yang bisa menjahanamkan kita. Kalau hati baik, tindakan kita akan baik. Dan kalau hati jahat, tindakan kita akan jahat juga.
Konsep 'hati baik' itu pun jangan disalah artikan. Jangan kita katakan, ''Tidak shalat pun tidak apa-apa, asalkan hati kita baik. Tidak menutup aurat pun tak apa, asal hati kita baik.''
Kalau kita katakan begitu, maka kita telah membuat dua kejahatan. Pertama kita telah berani membantah suruhan Allah karena shalat dan tutup aurat itu suruhan Allah. Kedua, kita menganggap hati kita baik, padahal hati kita masih durhaka pada Allah.
Hati yang tidak mau shalat atau tutup aurat itu adalah hati yang durhaka pada Allah. Hati yang baik adalah hati yang taat dan takut pada Allah. Bila hati taat maka kita akan mentaati seluruh perintah Allah. Bila hati kita baik kita akan kuat bersyariat.
B. MENDAPAT KEJERNIHAN ATAU KERINGANAN BATIN
Apabila seseorang hamba itu sudah mendapat kerohanian yang tinggi, hatinya (batinnya) akan menjadi suci dan ringan. Allah SWT berfirman :
Yaitu mereka yang memenuhi janji Allah dan tidak pula merusakkan perjanjian.(Ar Raad : 20)
Dan mereka menghubungi apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan (silaturrahim) dan mereka takut pada Tuhan mereka dan takut pada hisab yang buruk. (Ar Raad : 21)
Dan mereka juga bersabar dalam mencari keredhaan Tuhannya, mendirikan shalat dan menafkahkan sebagian rezeki yang Kami berikan pada mereka secara sembunyi atau secara terang-terangan. Dan mereka menutupi kejahatan dengan kebaikan. Mereka itulah yang mendapat tempat kesudahan (yang baik).(Ar Raad : 22)
: (Yaitu) syurga Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersama-sama dengan orang-orang yang soleh di kalangan bapak-bapaknya, isteri-isterinya dan anak cucunya, sedangkan malaikat-malaikat masuk menemui mereka di semua pintu masuk. (Ar Raad: 23)
(Sambil mengucapkan) "Salam sejahtera karena kesabaran kamu", maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu. (Ar Raad : 24)
Apabila ruh sudah suci dan ringan maka hati terasa ringan untuk mentaati Allah. Nafsu kita akan berubah dari nafsu yang rendah kepada nafsu mutmainnah. Di waktu itu kita akan senantiasa merasa kita adalah hamba Allah, ingin hidup sebagai hamba dan rela menerima apa saja qada dan qadar Allah tanpa mempertanyakan lagi atau resah gelisah.
Untuk lebih jelas akan saya paparkan sifat-sifat hati yang saya maksudkan:
1. Rasa malu kepada Allah karena senantiasa merasa diawasi oleh Allah SWT.
2. Rasa takut dan hebat pada Allah karena terasa diri selalu berada dalam kuasa Allah, sehingga Allah bisa berbuat apa saja seperti sakit, miskin, mati dan lain-lain.
3. Selalu merasa berdosa pada Allah, bukan hanya di depan manusia karena ada kesalahan tersembunyi yang tidak dapat diketahui seperti dosa-dosa hati. Sebab itu dia selalu menangis seorang diri, bukan di depan orang, karena takut dosanya tidak terampuni.
4. Tidak menunda-nunda urusan dengan Allah karena hati selalu merasa kedatangan maut itu bisa terjadi kapan saja.
5. Setiap kali membuat kesalahan yang kecil hatinya merasa takut dan terhina di depan Allah, sehingga cepat-cepat meminta ampun kepada Allah SWT.
6. Setiap kali selesai beramal, hati merasa itu adalah karunia Allah, bukan kemampuan dirinya. Dia tidak merasa bangga karena merasa amalannya tidak sempurna. Karena itu ia mengharapkan belas kasihan dari Allah agar menerima amalannya.
7. Kalau Allah menentukan satu peristiwa terjadi pada dirinya, hatinya akan redha dengan apa yang terjadi tanpa kesal dan keluh-kesah. Dia sadar dirinya yang rendah layak menerima apa pun takdir Allah.
8. Setiap kali melihat pemandangan alam yang indah, hati segera merasakan kebesaran Allah.
9. Kalau dia mendapat kejayaan atau nikmat, hatinya segera merasakan bahwa itu adalah pemberian dari Allah bukan kemampuan sendiri. Karena itu dia merasa takut pada Allah, karena menyalahgunakan atau kurang mensyukuri nikmat yang diperoleh.
10. Kalau dia menderita kemiskinan atau tidak memperoleh nikmat, hatinya terasa tentram karena dia merasa bebas dari tanggungjawab untuk menjaga amanah Allah.
11. Kalau mendapat musibah seperti sakit, hati bisa merasa tenang karena merasakan bahwa bencana (musibah) adalah kifaraf (balasan) dosanya. Dia merasa lebih baik dihukum di dunia daripada dihukum di akhirat. Penderitaan di dunia adalah pengampunan dosa di akhirat.
12. Bila mendapat pujian, hati merasa tidak senang sebab pujian itu tidak layak baginya dan bisa merusak rasa kehambaannya.
13. Kalau dikeji atau dihina orang, hatinya merasa kasihan pada orang yang menghinanya dan segera memaafkan orang itu tanpa diminta. Dia merasa bahwa dosanya telah menyebabkan dia dihukum seperti itu. Kalau tidak begitu dia tidak akan mendapat pahala dari penghinaan itu. Sebab itu dia tidak berniat sama sekali untuk membalas perbuatan orang itu.
14. Dia selalu berlapang dada berhadapan dengan aneka ragam manusia dan kesusahan yang manusia timpakan ke atasnya.
15. Dia tidak bangga dengan nikmat, tidak gelisah dengan musibah, tidak merasa tenang dengan pujian dan tidak menderita dengan cacian. Hatinya selalu merasa sebagai hamba yang serba kekurangan dan sangat memerlukan Allah SWT dalam setiap keadaan.
16. Kalau dia melihat atau mengetahui orang membuat maksiat, dia bersyukur pada Allah karena dirinya selamat dari maksiat. Sebab itu dia tidak menghina orang itu bahkan dia merasa kasihan, ingin menolong dengan memberi nasihat. Bahkan dia tidak menaruh sangka jahat pada orang itu. Dia menganggap kesalahan itu adalah karena tidak tahu, lupa ataupun tidak sengaja.
17. Ketika berhadapan dengan orang yang memarahinya, dia tidak ikut marah dan tidak melawan berdebat sekalipun dia benar.
18. Bila berhadapan dengan kepandaian orang lain, dia akan menerima ilmu atau kebenaran sekalipun dari seorang kanak-kanak. Kalau bermuzakarah dia tidak memperlihatkan bahwa dirinya pandai sehingga tidak merasa bangga diri Kalau ada yang memuji orang lain di hadapannya dia tidak sakit hati sebab dia faham bahwa kuasa hak Allah yang melebihkan dan mengurangkan nikmat pada hamba-hamba-Nya.
19. Kalau ada orang lain menyelesaikan kerjanya, dia tidak menggerutu sebab dia merasa dia dibantu.
20. Kalau dia digemari oleh banyak orang, dia tidak merasa bangga sebaliknya dia bimbang kalau hal itu membuat dirinya riya'.
21. Dia tidak makan seorang diri. Kalau memberi bantuan pada seseorang, tidak di hadapan orang lain.
22. Beramal dan betul-betul beribadah karena Allah bukan lagi karena Syurga atau Neraka.
Sumber : Duniadakwah.com
Sifat-sifat Orang yang Mendapat Amalan Batin
Telah kita katakan bahwa kita mesti beribadah kepada Allah lahir dan batin. Ibadah lahir disebut syariat. Ibadah batin disebut hakikat. Orang yang sudah melaksanakan syariat akan terlihat oleh kita tandanya yaitu mengucap dua kalimah syahadah, shalat, puasa, zakat, haji, membaca Al Quran, selawat, zikrullah, menutup aurat, menuntut ilmu, bersilaturrahim dan cara hidup lainnya yang diperintahkan oleh Allah SWT dengan meninggalkan (tidak melakukan) segala sesuatu yang dilarang oleh Allah.
Begitu juga orang yang melakukan ibadah batin, terlihat juga tanda-tandanya. Tanda-tanda itu tidak dapat dilihat oleh mata lahir kita, sebab tersembunyi di dalam hati.
Hal itu hanya dapat dilihat oleh orang itu sendiri dengan merasakan gerak dan arah perjalanan hati kita. Hati yang sudah melakukan ibadah berbeda dengan hati yang masih durhaka.
Untuk mengetahui perbedaan itu supaya kita dapat mengenal hati kita, apakah sudah taat atau masih durhaka, akan ditunjukkan tanda-tanda atau sifat-sifat hati yang tinggi kedudukannya, yang dimiliki oleh orang-orang yang melakukan ibadah batin:
A. SYARIATNYA KUAT
Orang yang kuat beribadah batin pasti akan kuat pula ibadah lahirnya (syariat). Tetapi perlu diingat bahwa orang yang kuat syariat lahir saja belum tentu kuat ibadah batinnya.
Hal itu disebabkan pada diri kita, hati (jasad batin) adalah pemimpin sedangkan anggota-anggota lain (jasad lahir) sebagai pekerja. Kita makan karena hati kita menyuruh kita makan. Kaki dan tangan pun bekerja untuk mencari makanan. Kita hendak ke masjid adalah karena amalan hati kita. Kaki kita hanya menurut saja. Tetapi kalau hati tidak mau pergi walau masjid di sebelah rumah pun, kaki tidak akan melangkah pergi.
Begitu besarnya kuasa dan peranan hati dalam menentukan corak hidup kita. Sebab itu kalau hati sudah baik, taat menghambakan diri pada Allah, hati akan mengarahkan semua anggota lahir untuk tunduk menyembah kepada Allah SWT. Semua perintah Allah akan ditaati tanpa tanya jawab lagi. Semua larangan Allah akan ditinggalkan tanpa ragu-ragu.
Firman Allah : Terjemahannya : Dan mereka berkata, "Kami dengar dan kami taat." (Dan mereka berdoa), "Tuhan, kami mohon keampunanMu, dan kepadaMulah tempat kembali" (Al Baqarah : 285)
Shalat fardhunya baik, shalat sunat hajat dan lain-lain tidak ditinggalkan. Puasa sunat dianggap penting dan selalu dilakukan dengan senang hati. Membaca Al Quran, selawat, wirid, zikir, tahlil, tasbih dan tahmid dan lain-lain telah menjadi nyanyian rutin yang mengasyikkan. Berjuang untuk menyebarkan agama Allah terasa satu kewajiban yang mesti dilakukan sehingga tidak pernah jemu dan letih karena perjuangan.
Kuat berkorban harta, fikiran, waktu dan tenaga untuk membantu Islam dan umat Islam. Tidak bermewahan dengan rezeki pemberian Allah sekalipun halal dan hanya diambil sesuai keperluan saja. Kelebihannya diserahkan untuk jihad. Sebab itu rumahnya sederhana, pakaian, dan makan minum juga sederhana. Karena hatinya menyuruh tutup aurat maka ia akan melakukannya tanpa peduli apa yang dikatakan orang. Hatinya menyuruh berderma dan bersedekah maka ia akan melakukannya tanpa takut miskin dan bimbang pada hari depan. Hatinya menyuruh ia berjemaah sesama kaum muslimin maka ia pun ikut berjemaah tanpa ragu meninggalkan alam dan kawan di luar jemaah.
Karena hatinya menyuruh menghentikan pergaulan bebas maka ia akan berhenti tanpa takut kehilangan jodoh. Dan apa saja yang disuruh oleh hatinya, ia akan taat.
Hati yang taat dan takut pada Allah akan menyuruh kita mengikuti semua suruhan Allah. Tidak pernah terlintas dalam hati orang-orang soleh satu keinginan untuk durhaka pada Allah. Hatinya tidak pernah berencana untuk melakukan larangan Allah.
Sebab itu orang yang kuat ibadah batinnya, cukup kuat meninggalkan hal-hal yang haram, makruh dan syubhat. Tidak melakukan zina, tidak menipu, tidak minum arak, tidak berjudi, tidak mengambil pinjaman riba (bank) untuk membeli rumah atau mobil, tidak terlibat dengan suap, tidak berkhianat, tidak merokok, tidak mengumpat, tidak memfitnah, tidak bergaul bebas lelaki dan perempuan, tidak mubazir dan bermewah-mewah, tidak berfoya-foya, tidak terlibat dengan musik-musik haram, tidak bercintaan antara lelaki perempuan secara haram dan lain-lain.
Hati yang kuat dengan Allah akan melarang keras untuk terlibat dengan pekerjaan yang dikutuk oleh Allah. Hati yang sempurna ibadahnya akan menolak semua perkara yang dibenci Allah.
Tegasnya hanya hati kita yang bisa membetulkan diri kita dan hati juga yang bisa menjahanamkan kita. Kalau hati baik, tindakan kita akan baik. Dan kalau hati jahat, tindakan kita akan jahat juga.
Konsep 'hati baik' itu pun jangan disalah artikan. Jangan kita katakan, ''Tidak shalat pun tidak apa-apa, asalkan hati kita baik. Tidak menutup aurat pun tak apa, asal hati kita baik.''
Kalau kita katakan begitu, maka kita telah membuat dua kejahatan. Pertama kita telah berani membantah suruhan Allah karena shalat dan tutup aurat itu suruhan Allah. Kedua, kita menganggap hati kita baik, padahal hati kita masih durhaka pada Allah.
Hati yang tidak mau shalat atau tutup aurat itu adalah hati yang durhaka pada Allah. Hati yang baik adalah hati yang taat dan takut pada Allah. Bila hati taat maka kita akan mentaati seluruh perintah Allah. Bila hati kita baik kita akan kuat bersyariat.
B. MENDAPAT KEJERNIHAN ATAU KERINGANAN BATIN
Apabila seseorang hamba itu sudah mendapat kerohanian yang tinggi, hatinya (batinnya) akan menjadi suci dan ringan. Allah SWT berfirman :
Yaitu mereka yang memenuhi janji Allah dan tidak pula merusakkan perjanjian.(Ar Raad : 20)
Dan mereka menghubungi apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan (silaturrahim) dan mereka takut pada Tuhan mereka dan takut pada hisab yang buruk. (Ar Raad : 21)
Dan mereka juga bersabar dalam mencari keredhaan Tuhannya, mendirikan shalat dan menafkahkan sebagian rezeki yang Kami berikan pada mereka secara sembunyi atau secara terang-terangan. Dan mereka menutupi kejahatan dengan kebaikan. Mereka itulah yang mendapat tempat kesudahan (yang baik).(Ar Raad : 22)
: (Yaitu) syurga Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersama-sama dengan orang-orang yang soleh di kalangan bapak-bapaknya, isteri-isterinya dan anak cucunya, sedangkan malaikat-malaikat masuk menemui mereka di semua pintu masuk. (Ar Raad: 23)
(Sambil mengucapkan) "Salam sejahtera karena kesabaran kamu", maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu. (Ar Raad : 24)
Apabila ruh sudah suci dan ringan maka hati terasa ringan untuk mentaati Allah. Nafsu kita akan berubah dari nafsu yang rendah kepada nafsu mutmainnah. Di waktu itu kita akan senantiasa merasa kita adalah hamba Allah, ingin hidup sebagai hamba dan rela menerima apa saja qada dan qadar Allah tanpa mempertanyakan lagi atau resah gelisah.
Untuk lebih jelas akan saya paparkan sifat-sifat hati yang saya maksudkan:
1. Rasa malu kepada Allah karena senantiasa merasa diawasi oleh Allah SWT.
2. Rasa takut dan hebat pada Allah karena terasa diri selalu berada dalam kuasa Allah, sehingga Allah bisa berbuat apa saja seperti sakit, miskin, mati dan lain-lain.
3. Selalu merasa berdosa pada Allah, bukan hanya di depan manusia karena ada kesalahan tersembunyi yang tidak dapat diketahui seperti dosa-dosa hati. Sebab itu dia selalu menangis seorang diri, bukan di depan orang, karena takut dosanya tidak terampuni.
4. Tidak menunda-nunda urusan dengan Allah karena hati selalu merasa kedatangan maut itu bisa terjadi kapan saja.
5. Setiap kali membuat kesalahan yang kecil hatinya merasa takut dan terhina di depan Allah, sehingga cepat-cepat meminta ampun kepada Allah SWT.
6. Setiap kali selesai beramal, hati merasa itu adalah karunia Allah, bukan kemampuan dirinya. Dia tidak merasa bangga karena merasa amalannya tidak sempurna. Karena itu ia mengharapkan belas kasihan dari Allah agar menerima amalannya.
7. Kalau Allah menentukan satu peristiwa terjadi pada dirinya, hatinya akan redha dengan apa yang terjadi tanpa kesal dan keluh-kesah. Dia sadar dirinya yang rendah layak menerima apa pun takdir Allah.
8. Setiap kali melihat pemandangan alam yang indah, hati segera merasakan kebesaran Allah.
9. Kalau dia mendapat kejayaan atau nikmat, hatinya segera merasakan bahwa itu adalah pemberian dari Allah bukan kemampuan sendiri. Karena itu dia merasa takut pada Allah, karena menyalahgunakan atau kurang mensyukuri nikmat yang diperoleh.
10. Kalau dia menderita kemiskinan atau tidak memperoleh nikmat, hatinya terasa tentram karena dia merasa bebas dari tanggungjawab untuk menjaga amanah Allah.
11. Kalau mendapat musibah seperti sakit, hati bisa merasa tenang karena merasakan bahwa bencana (musibah) adalah kifaraf (balasan) dosanya. Dia merasa lebih baik dihukum di dunia daripada dihukum di akhirat. Penderitaan di dunia adalah pengampunan dosa di akhirat.
12. Bila mendapat pujian, hati merasa tidak senang sebab pujian itu tidak layak baginya dan bisa merusak rasa kehambaannya.
13. Kalau dikeji atau dihina orang, hatinya merasa kasihan pada orang yang menghinanya dan segera memaafkan orang itu tanpa diminta. Dia merasa bahwa dosanya telah menyebabkan dia dihukum seperti itu. Kalau tidak begitu dia tidak akan mendapat pahala dari penghinaan itu. Sebab itu dia tidak berniat sama sekali untuk membalas perbuatan orang itu.
14. Dia selalu berlapang dada berhadapan dengan aneka ragam manusia dan kesusahan yang manusia timpakan ke atasnya.
15. Dia tidak bangga dengan nikmat, tidak gelisah dengan musibah, tidak merasa tenang dengan pujian dan tidak menderita dengan cacian. Hatinya selalu merasa sebagai hamba yang serba kekurangan dan sangat memerlukan Allah SWT dalam setiap keadaan.
16. Kalau dia melihat atau mengetahui orang membuat maksiat, dia bersyukur pada Allah karena dirinya selamat dari maksiat. Sebab itu dia tidak menghina orang itu bahkan dia merasa kasihan, ingin menolong dengan memberi nasihat. Bahkan dia tidak menaruh sangka jahat pada orang itu. Dia menganggap kesalahan itu adalah karena tidak tahu, lupa ataupun tidak sengaja.
17. Ketika berhadapan dengan orang yang memarahinya, dia tidak ikut marah dan tidak melawan berdebat sekalipun dia benar.
18. Bila berhadapan dengan kepandaian orang lain, dia akan menerima ilmu atau kebenaran sekalipun dari seorang kanak-kanak. Kalau bermuzakarah dia tidak memperlihatkan bahwa dirinya pandai sehingga tidak merasa bangga diri Kalau ada yang memuji orang lain di hadapannya dia tidak sakit hati sebab dia faham bahwa kuasa hak Allah yang melebihkan dan mengurangkan nikmat pada hamba-hamba-Nya.
19. Kalau ada orang lain menyelesaikan kerjanya, dia tidak menggerutu sebab dia merasa dia dibantu.
20. Kalau dia digemari oleh banyak orang, dia tidak merasa bangga sebaliknya dia bimbang kalau hal itu membuat dirinya riya'.
21. Dia tidak makan seorang diri. Kalau memberi bantuan pada seseorang, tidak di hadapan orang lain.
22. Beramal dan betul-betul beribadah karena Allah bukan lagi karena Syurga atau Neraka.
Sumber : Duniadakwah.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar