Jumat, 24 Oktober 2014

Kondisi G. Merapi November 2013



Dihubungi Kompas.com, Senin (18/11/2013). Surono mengatakan, aktivitas Merapi saat ini “harus diwaspadai.” Merapi perlu diwaspadai karena sistem Merapi yang terbuka dan tak punya kubah lava menyebabkan interaksi antara air permukaan dengan magma lebih mudah.

“Dengan sistem terbuka, air hujan mudah masuk, berinteraksi dengan magma panas, tekanan tinggi memicu letusan freatik.

Ditambah dengan situasi cuaca yang kini mulai memasuki musim hujan, interaksi antara magma dengan air permukaan akan lebih besar.

Subandriyo menjelaskan, retakan baru itu sepanjang 230 meter melintang di tengah kubah (sumbat lava). Padahal diameter kubah lava tersebut sekitar 300 meter. Sedangkan lebar retakan beragam sekitar 50 meter. Sedianya, retakan itu menjadi semacam saluran sehingga magma akan lebih mudah keluar. Namun, Subandriyo menegaskan jika retakan bukanlah indikasi adanya potensi letusan besar.

“Kalau magmanya dalam porsi besar maka aka nada akumulasi tekanan sehingga menyebabkan letusan besar. Tapi kalau magmanya kecil, retakan itu justru menyebabkan magma akan keluar lebih smooth,” paparnya.

Retakan besar itu juga bukanlah pemicu terjadi letusan freatik berikutnya. Air hujan yang masuk melalui retakan dan berinteraksi dengan magma tidak selalu menyebabkan letusan freatik. Reaksi itu (kolom asap setinggi 2000 meter) ada karena kondisi magma Merapi sedang matang (sangat panas). Jika tidak, hujan deras atau gempa lebih besar belum tentu memicu adanya letusan. “Berdasarkan pengalaman, belum pernah ada letusan freatik yang diikuti letusan freatif berikutnya (dalam waktu dekat),” tandasnya.

Sumber :
http://www.jogja.co/ada-gempa-di-perut-gunung-merapi-sebelum-letusan-18-november-2013/

Tidak ada komentar: