Kamis, 27 Maret 2014

Siapakah Satria Piningit ? Penampakan Lebak Cawane, Bocah Angon

Assalammualaikum,

Kulon nuwun,

Akhirnya,.. sekian hari, bulan, tahun berkelana didunia maya bertanya ke mbah Google mempelajari sangkan paraning dumadi, ketemu deh data yang menceritakan tentang budaya bangsa seperti :

  • http://mataram351.wordpress.com/kitab-musasar-joyoboyo/
  • http://nurkalakalidasa.wordpress.com/2009/11/06/memecahkan-misteri-lebak-cawene-siapakah-sosok-pemuda-berjanggut/
  • http://janjinusantara.blogspot.com/2011/05/bait-terakhir-ramalan-jayabaya.html
Setelah menyelusuri cerita dahulu kala, kini perasaan batinku tidak gelisah lagi mengapa aku bisa melihat penampakan alam ghaib. 

Pernah aku bertanya kepada  pak Kyai Munir Safaat, pembimbingku saat pengajian setiap hari sabtu sehabis sholat isya masjid Al - Ghifary Kotagede Yogyakarta. 

Pertanyaannya kalo ngak salah seperti ini. Mengapa ya pak kyai aku kok bisa melihat ratu kidul, DAJJAL atau pun makhlus halus, terus kata pak Kyai itu mungkin dari leluhurmu.

Lalu aku bertanya kepada orang tuaku dan terus mencari silsilah keluarga besar dari ayahku dan ternyata aku generasi ke 22  turunan terah TIRTODIPURAN. 
http://emha42yogya.blogspot.com/2014/02/terah-tirto-dipuran_16.html

Kemudian aku pun mencoba mengerti dan memahami gambar yang aku ambil menggunakan handphone kamera merk HT, sewaktu habis ziarah kemakam nenek moyangku yang berada di pemakaman KI HAJAR SALOKA. Lokasi SELO BOYOLALI diantara puncak g. Merapi dan g. Merbabu. 

Untuk lebih yakin melihat gambar. Klik kanan lalu "save image as" setelah masuk ke "folder" lihat pake "Windows Picture and Fax Viewer" lalu setting "Zoom" gambar kaca pembesar ubah besar kecil gambar nanti juga kelihatan ada penampakan.


Penerawangan alam ghaib pun dimulai,

Pemuda gembala

 - sebelum terjadi kalimat dari wangsit siliwangi yg berbunyi:
“lalu mereka mencari anak gembala, yg rumahnya di ujung sungai, yg pintunya setinggi batu…dst”,



Wangsit Siliwangi sebagai berikut :
“Dengarkan! Jaman akan berganti lagi, tapi nanti, Setelah Gunung Gede meletus. Disusul tujuh gunung. Ribut lagi seluruh bumi. Orang Sunda dipanggil-panggil, orang Sunda memaafkan. Baik lagi semuanya. Negara bersatu kembali. Nusa jaya lagi, sebab berdiri ratu adil ratu adil yang sejati”.


“Tapi ratu siapa? dari mana asalnya sang ratu? Nanti juga kalian akan tahu. Sekarang, cari oleh kalian pemuda gembala”.



“… selain nama untuk mereka yang berusaha menelusuri. Sebab bukti yang ada akan banyak yang menolak! Tapi suatu saat akan ada yang mencoba, supaya yang hilang bisa ditemukan kembali. Bisa saja, hanya menelusurinya harus memakai dasar. Tapi yang menelusurinya banyak yang sok pintar dan sombong dan bahkan berkelebihan bicara”

“Suatu saat nanti akan banyak hal yang ditemui, sebagian-sebagian. Sebab terlanjur dilarang oleh Pemimpin Pengganti! Ada yang berani menelusuri terus menerus, tidak mengindahkan larangan, mencari sambil melawan, melawan sambil tertawa. Dialah Anak Gembala. Rumahnya di belakang sungai, pintunya setinggi batu, tertutup pohon handeuleum dan hanjuang. Apa yang dia gembalakan? Bukan kerbau, bukan domba, bukan pula harimau ataupun banteng. Tetapi ranting daun kering dan sisa potongan pohon. Dia terus mencari, mengumpulkan semua yang dia temui. Tapi akan menemui banyak sejarah/kejadian, selesai jaman yang satunya datang lagi satu jaman yang jadi sejarah/kejadian baru, setiap jaman membuat sejarah, setiap waktu akan berulang, itu dan itu lagi.”


Penerawangan :

Penampakan Gunung Merapi setelah erupsi thn 2010. Setelah diedit pake "paint" muncul gambar penampakan pemuda gembala / cah angon.

 

Lebak cawene

Lebak cawene disebutkan dalam wangsit siliwangi sebagai tempat bocah angon (satria piningit) dan pemuda berjanggut pindah.

- Lebak = lembah = dasar
- Cawene = cawan = cangkir

Analisa:

- lebak cawene adalah suatu daerah yang disebut lembah yang bentuknya mirip cawan.
- lembah ada 2:
1. Lembah di darat.
2. Lembah di laut = palung.


Wangsit Siliwangi :
“Semua mencari tumbal, tapi Budak Angon (pemuda gembala) sudah tidak ada, sudah pergi bersama Budak Janggotan (pemuda berjenggot), pergi membuka lahan baru di Lebak Cawéné!….” Namun yang ditemui hanya gagak yang berkoar di dahan mati.

Setelah gambar diperhatikan lalu aku coba tarik garis penerawangan, setelah diedit pake "paint" berbentuk gambar cangkir dibadan gunung Bibi. 

Coba perhatikan gambar badan cangkir seperti ada penampakan som go kong (Pemuda berjanggut) berarti ibarat kuil berbatu diumpamakan pintu dan pegangan cangkirnya merupakan gambar sungai aliran lahar hujan yang terbentuk setelah erupsi.  
Penerawangan :

Lebak Cawane merupakan tanggul penahan lahar/material vulkanik akibat letusan gunung berapi yang aktif.

Setelah gunung merapi meletus mengeluarkan material vulkanik kearah waduk/tanggul tempat penampungan lahar ataupun bahan material vulkanik akibat letusan gunung berapi yang aktif. Perhatikan lokasinya diantara gunung bibi dan gunung merapi. 

Satria piningit pun berpikiran, jadikan Bancaan. Neng sewu, bancaan istilah kata, ibarat gunungan/tumpeng nasi kuning dimakan beramai - ramai.  Hanya orang yang mempelajari budaya mengerti dari suatu percakapan syair/serat. 

Mengerti namun belum paham. Alhamdullilah, akhirnya dari pengerukan pasir tersebut menjadikan pemasukan warga sekitar dan khusus daerah Yogyakarta menjadi tetap istimewa.   

Penampakan sosok Satria Piningit, namun siapakah beliau ?


Menurut Kitab Musarar Jayabaya


Bait 160
“Sadurunge ana tetenger lintang kemukus lawa ngalu-alu tumanja ana kidul wetan bener lawase pitung bengi, perak esuk bener ilange Bathara Surya njumedhul …… iku tandane putra Bathara Indra wus katon tumeka ing arcapada …. “


(Sebelumnya ada pertanda Lintang Kemukus panjang sekali tepat di arah Selatan menuju Timur lamanya tujuh malam, hilangnya menjelang pagi sekali bersama munculnya Batara Surya bebarengan dengan hilangnya kesengsaraan manusia yang berlarut-karut)


Bait 161
“Dununge ana sikile redi Lawu sisih Wetan, Wetane bengawan banyu, andhedukuh pindha Raden Gatotkaca, arupa pagupon Dara tundha tiga, kaya manungsa angleledha”.


(Asalnya dari kaki Gunung Lawu sebelah Timur, sebelah Timurnya bengawan, berumah seperti Raden Gatutkaca, berupa rumah merpati susun tiga, seperti manusia yang menggoda)

Penerawangan bait 160-161 : Untuk mengetahui zona waktu fantamorgana daerah Yogyakarta, jam sekitar pagi 10.00 / malam 22.00 wib.



Bait 168
”Mula den udia satriya iki, wus tan abapa, tan bibi, lola wus aputus wedha Jawa, mula ngandelake Trisula Wedha, landepe Trisula pucuk arupa gegawe sirik agawe pati utawa utang nyawa. Sing tengah sirik agawe kapitunaning liyan, sing pinggir-pinggir tulak tolak colong jupuk winaleran”


(Oleh sebab itu carilah satria itu yatim piatu, tak beranak saudara sudah lulus weda Jawa hanya berpedoman trisula, tajamnya trisula pucuk sangat tajam membawa maut atau utang nyawa, yang tengah pantang berbuat merugikan orang lain, yang kiri dan kanan menolak pencurian dan kejahatan).

Penerawangan : Lah iya lah, orang satriana penampakannya berada di tanggul penahan lahar antara gunung bibi dan gunung merapi. 

Seandainya lahar, material vulkanik berupa pasir dan batu kerikil tidak dikeruk ya bisa membawa maut. Wong, seumpama gunung merapi meletus lagi kalau tidak ada tanggul penahan dikhawatirkan lahar bisa langsung meluncur bebas ke pemukiman sekian kilometer dari puncak.
Penampakan sang ksatria sehabis marah yg dilingkari garis merah

Lalu setelah habis lebaran idul fitri thn 2013 aku dan bapakku ziarah makam lagi. Pas waktu pulang kearah barat SELO - YOGYA, aku mencari tempat yg aku foto dolo thn 2011 tengok kanan kiri, kok tidak ada rumah yang dolo aku ambil gambar. 

Oh barangkali sudah dibongkar, orang tempatnya dipinggir jalan. Tidak tahu siapa yang punya rumah.

Cobalah simak Wangsit Siliwangi :

“Semenjak hari ini, Pajajaran hilang dari alam nyata. Hilang kotanya, hilang negaranya. Pajajaran tidak akan meninggalkan jejak, selain nama untuk mereka yang berusaha menelusuri. Sebab bukti yang ada akan banyak yang menolak! Tapi suatu saat akan ada yang mencoba, supaya yang hilang bisa ditemukan kembali. Bisa saja, hanya menelusurinya harus memakai dasar. Tapi yang menelusurinya banyak yang sok pintar dan sombong, dan bahkan berlebihan kalau bicara.”

Seumpama Anda mencoba menelusuri lokasi tempat gambar yang aku foto, disekitar tempat sekarang ada jembatan gantung untuk jalur evakuasi.

Kalo tidak salah dekat daerah jembatan gantung yang terletak di Dukuh Sepi, Desa Jrakah, Kecamatan Selo, Boyolali. 

Ea,.. ketahuan deh, ternyata dimana - mana banyak orang pintarnya. 

Hasil penerawangan:

Seumpama kita tidak ingin mati cepat, perhatikan aliran darah dalam tubuh kalau lancar berarti sehat. Lalu untuk menetralkan kerja ginjal, banyakin minum air putih dan ada baiknya kita miliki rumah yang sederhana namun dijamin masuk surga. Penerawangan bocah angon bait 164 dan 168 Kitab Musasar Joyoboyo


Untuk keselamatan diri, kita cari aman saja. Masa iya kalau punya pusaka dibawa terus kemana – kemana. Apa kata dunia….


Namun demikian prediksi saya dalam memahami/mengartikan karya leluhur belumlah benar, maksud saya hanya sekedar menyampaikan, jika prediksi saya memang benar maka wajib saya sampaikan kepada masyarakat umum karena karya-karya leluhur telah menjadi bacaan umum, dan dapat menjadikan fitnah jika ini tidak disampaikan.


Salam persaudaraan dari saya untuk para sesepuh dan mohon maaf jika ada persinggungan dan persamaan pendapat bukan bermaksud buka rahasia tetapi marilah bantu saya untuk bangsa dan negara Indonesia tercinta ini, dan saya yakin banyak saudara-saudaraku yang juga sedang berjuang walaupun beda konsep dan saya mohon doanya agar saya bisa menemukan sesuatu yang hilang untuk bangsa dan negaraku.


Sekali lagi, mohon maaf jika tulisan saya dianggap ngawur, sebagaimana yang telah diterangkan diatas dan atas dibacanya prediksi saya ucapkan terima kasih.

Wassalam