Oleh: K Ng H Agus Sunyoto
Sejauh ini, pelajaran di sekolah menetapkan harga mati bahwa Penemu Benua Amerika adalah Christopel Columbus pada 1492 Masehi. Meski Columbus hanya sampai Kepulauan Bahama dan yang menginjakkan kaki ke Benua Amerika adalah Americo Verpucci, sehingga nama itu digunakan sebagai nama benua baru yang ditemukan: America. Namun beda dengan ketetapan pelajaran sejarah di sekolah, fakta sejarah menunjukkan bahwa sebagian penduduk pribumi Amerika – termasuk Suku Cherokee -- sebagian besar memeluk agama Islam.
Fakta tak tersanggah tentang Ke-Islam-an suku pribumi Amerika itu, pertama-tama dapat kita temukan pada dokumen-dokumen yang tersimpan di perpustakaan Amerika, yaitu Library of Congress, di mana terdapat sebuah bukti tertulis yang menunjukkan bahwa suku Indian kuno Cherokee yang hidup tahun 1787 adalah penganut agama Islam. Fakta tertulis tersebut termaktub pada sebuah dokumen perjanjian antara pemerintah Amerika Serikat dengan kepala suku Indian Cherokee. Pada bagian tanda tangan kepala suku Cherokee, tertera namanya Abdel Khak dan Muhammad ibn Abdullah. Itu sebuah bukti yang cukup kuat bahwa pada saat itu, suku Cherokee ternyata dipimpin oleh seorang Muslim.
Isi perjanjian itu antara lain adalah hak suku Cherokee untuk melangsungkan keberadaannya dalam perdagangan, perkapalan, dan bentuk pemerintahan suku Cherokee berdasarkan hukum Islam. Lebih lanjut, akan ditemukan kebiasaan berpakaian wanita suku Cherokee yang menutup aurat sedangkan laki-lakinya memakai turban (surban) dan terusan hingga sebatas lutut.
Cara berpakaian ini dapat ditemukan dalam foto atau lukisan suku Cherokee yang diambil gambarnya sebelum tahun 1832. Kepala suku terakhir Cherokee sebelum akhirnya benar-benar punah dari daratan Amerika adalah seorang Muslim bernama RAMADHAN Ibnu WATI.
Huruf Kuno Mirip Huruf Arab
Berbicara tentang suku Cherokee, tidaklah lepas dari Sequoyah. Ia adalah orang suku Cherokee asli yang berpendidikan dan menghidupkan kembali Syllabary suku pada tahun 1821. Syllabary adalah semacam aksara, jika kita sekarang mengenal abjad A sampai Z, maka suku Cherokee memiliki aksara sendiri.
Yang membuatnya sangat luar biasa adalah aksara yang dihidupkan kembali oleh Sequoyah ini sangat mirip sekali dengan aksara Arab. Bahkan beberapa tulisan masyarakat Cherokee abad VII yang ditemukan terpahat di bebatuan di Nevada sangat mirip dengan kata “Muhammad” dalam bahasa Arab.
Nama-nama suku Indian dan kepala sukunya berasal dari bahasa Arab tidak hanya ditemukan pada suku Cherokee (Shar-Kee), tapi juga Anasazi, Apache, Arawak, Arikana, Chavin Cree, Makkah, Hohokam, Hupa, Hopi, Mahigan, Mohawk, Nazca, Zulu, dan Zuni.
Bahkan beberapa kepala suku Indian juga mengenakan tutup kepala khas orang Islam. Mereka adalah kepala suku Chippewa, Creek, Iowa, Kansas, Miami, Potawatomi, Sauk, Fox, Seminole, Shawnee, Sioux, Winnebago, dan Yuchi. Hal ini ditunjukkan pada foto-foto tahun 1835, dan 1870.
Secara umum, suku-suku Indian di Amerika juga percaya adanya Tuhan yang menguasai alam semesta. Tuhan itu tidak teraba oleh panca indera. Mereka juga meyakini tugas manusia yang diciptakan Tuhan adalah untuk memuja dan menyembah-Nya.
Seperti penuturan kepala suku Ohiyesa: “In the life of the Indian, there was only inevitable duty –the duty of prayer- the daily recognition of the Unseen and the Eternal”. Bukankah ini telah dimaktub oleh Alloh di dalam Al-Qur’an bahwa jin dan manusia diciptakan untuk beribadah kepada Alloh SWT.
Sejarah Migrasi Afrika Utara ke Amerika
Sejarahnya panjang. Semangat orang-orang Islam dan Cina saat itu untuk mengenal lebih jauh planet (tentunya saat itu nama planet belum terdengar) tempat tinggalnya, selain untuk melebarkan pengaruh, mencari jalur perdagangan baru, dan tentu saja memperluas dakwah Islam, mendorong beberapa pemberani di antara mereka untuk melintasi area yang masih dianggap gelap dalam peta-peta mereka saat itu.
Beberapa nama tetap begitu kesohor sampai saat ini, bahkan hampir semua orang pernah mendengarnya. Sebut saja Tjeng Ho dan Ibnu Batutta. Namun beberapa lagi hampir-hampir tidak terdengar dan hanya tercatat pada buku-buku akademis.
Para ahli geografi dan intelektual dari kalangan Muslim yang mencatat perjalanan ke benua Amerika itu adalah Abul-Hassan Ali ibn al-Hussain al-Masudi (meninggal tahun 957), al-Idrisi (meninggal tahun 1166), Chihab Addin Abul Abbas Ahmad bin Fadhl al-Umari (1300 – 1384), dan ibn Battuta (meninggal tahun 1369).
Menurut catatan ahli sejarah dan ahli geografi Muslim al-Masudi (871 – 957), Khoshkhosh Ibn Saeed ibn Aswad seorang navigator Muslim dari Cordoba di Andalusia, telah sampai ke benua Amerika pada tahun 889 Masehi. Dalam bukunya, ‘Muruj adh-Dhohab wa Maadin al-Jawhar’ (The Meadows of Gold and Quarries of Jewels), al-Masudi melaporkan, bahwa semasa pemerintahan Kholifah Spanyol Abdullah ibn Muhammad (888 – 912), Khoshkhosh ibn Saeed ibn Aswad berlayar dari Delba (Palos) pada tahun 889, menyeberangi Lautan Atlantik, hingga mencapai wilayah yang belum dikenal yang disebutnya Ard Majhoola, dan kemudian kembali dengan membawa berbagai harta yang menakjubkan.
Sesudah itu, banyak pelayaran yang dilakukan mengunjungi daratan di seberang Lautan Atlantik, yang gelap dan berkabut itu. Al-Masudi juga menulis buku ‘Akhbar az-Zaman’ yang memuat bahan-bahan sejarah dari pengembaraan para pedagang ke Afrika dan Asia.
Dr. Youssef Mroueh juga menulis, bahwa selama pemerintahan Kholifah Abdul Rohman III (tahun 929-961) dari dinasti Umayah, tercatat adanya orang-orang Islam dari Afrika yang berlayar juga dari pelabuhan Delba (Palos) di Spanyol ke barat, menuju ke lautan lepas yang gelap dan berkabut, Lautan Atlantik. Mereka berhasil kembali dengan membawa barang-barang bernilai yang diperolehnya dari tanah yang asing.
Beliau juga menuliskan menurut catatan ahli sejarah Abu Bakr ibn Umar al-Gutiyya bahwa pada masa pemerintahan Kholifah Spanyol, Hisham II (976-1009) seorang navigator dari Granada bernama ibn Farrukh tercatat meninggalkan pelabuhan Kadesh pada bulan Februari tahun 999 melintasi Lautan Atlantik dan mendarat di Gando (Kepulaun Canary).
Ibn Farrukh berkunjung kepada Raja Guanariga dan kemudian melanjutkan ke barat, hingga melihat dua pulau dan menamakannya Capraria dan Pluitana. Ibn Farrukh kembali ke Spanyol pada bulan Mei 999.
Pelayaran melintasi Lautan Atlantik dari Maroko dicatat juga oleh penjelajah laut Shaikh Zayn-eddin Ali bin Fadhel Al-Mazandarani. Kapalnya berlepas dari Tarfay di Maroko pada zaman Sultan Abu-Yacoub Sidi Youssef (1286 – 1307) raja keenam dalam dinasti Marinid. Kapalnya mendarat di pulau Green di Laut Karibia pada tahun 1291. Menurut Dr. Morueh, catatan perjalanan ini banyak dijadikan referensi oleh ilmuwan Islam.
Sultan-sultan dari kerajaan Mali di Afrika barat yang beribukota di Timbuktu, ternyata juga melakukan perjalanan sendiri, hingga ke benua Amerika. Sejarawan Chihab Addin Abul-Abbas Ahmad bin Fadhl al-Umari (1300 – 1384) memerinci eksplorasi geografi ini dengan seksama. Timbuktu yang kini dilupakan orang, dahulunya merupakan pusat peradaban, perpustakaan, dan keilmuan yang maju di Afrika. Ekspedisi perjalanan darat dan laut banyak dilakukan orang menuju Timbuktu atau berawal dari Timbuktu.
Sultan yang tercatat melanglang buana hingga ke benua baru saat itu adalah Sultan Abu Bakari I (1285 – 1312), saudara dari Sultan Mansa Kankan Musa (1312 – 1337), yang telah melakukan dua kali ekspedisi melintas Lautan Atlantik hingga ke Amerika dan bahkan menyusuri sungai Mississippi.
Sultan Abu Bakari I melakukan eksplorasi di Amerika tengah dan utara dengan menyusuri sungai Mississippi antara tahun 1309-1312. Para eksplorer ini berbahasa Arab.
Dua abad kemudian, penemuan benua Amerika diabadikan dalam peta berwarna Piri Re’isi yang dibuat tahun 1513, dan dipersembahkan kepada raja Ottoman Sultan Selim I tahun 1517. Peta ini menunjukkan belahan bumi bagian barat, Amerika selatan dan bahkan benua Antartika, dengan penggambaran pesisiran Brasil secara cukup akurat.
Bukti lainnya adalah, Columbus sendiri mengetahui, bahwa orang-orang Carib (Karibia) adalah pengikut Nabi Muhammad. Dia paham bahwa orang-orang Islam telah berada di sana, terutama orang-orang dari Pantai Barat Afrika. Mereka mendiami Karibia, Amerika Utara dan Selatan. Namun, tidak seperti Columbus yang ingin menguasai dan memperbudak rakyat Amerika. Orang-Orang Islam datang untuk berdagang dan bahkan beberapa menikahi orang-orang pribumi.
Lebih lanjut, Columbus mengakui pada 21 Oktober 1492 dalam pelayarannya antara Gibara dan Pantai Kuba melihat sebuah masjid (berdiri di atas bukit dengan indahnya menurut sumber tulisan lain). Sampai saat ini sisa-sisa reruntuhan masjid telah ditemukan di Kuba, Mexico, Texas, dan Nevada.
Dan tahukah Anda? Dua orang nahkoda kapal yang dipimpin oleh Columbus, kapten kapal Pinta dan Nina adalah orang-orang Muslim, yaitu dua bersaudara Martin Alonso Pinzon dan Vicente Yanex Pinzon yang masih keluarga dari Sultan Maroko Abuzayan Muhammad III (1362).
Prof Barry Fell Tentang Islam di Amerika
Profesor Barry Fell pensiunan dosen dari Harvard University dan juga anggota dari American Academy of Science and Art, Royal Society, Epigraphy Society dan Masyarakat Penemuan Ilmiah dan Purbakala, bersikeras tentang kedatangan Islam di Amerika pada tahun 650-an, dengan berpendapat pada bentuk kaligrafi Cufic yang ditemukan di berbagai penggalian artefak dan prasasti di seluruh Amerika. Jika kata-kata Profesor Fell memiliki kebenaran – nilai, maka umat Islam telah tiba di Amerika selama era Khalifah Utsman, atau setidaknya itu dari Ali, khalifah keempat. Bagaimana pun, data itu tidak ditemukan dalam sumber-sumber Islam sendiri.
Profesor Fell kemudian menggunakan hasil penggalian arkeologi yang dilakukan di berbagai daerah di negara bagian Colorado, New Mexico, dan Indiana yang menegaskan pembangunan sekolah Muslim selama rentang tahun 700-800 Masehi. Tulisan, gambar, dan grafik tertulis pada batu ditemukan di medan paling terpencil dan murni dari Amerika Barat adalah peninggalan yang diberikan oleh sistem dasar dan menengah pendidikan Islam pada saat itu. Dokumen-dokumen ini ditulis dalam surat-surat bertulikan gaya Cufic lama Afrika Utara Arab, yang mencakup mata pelajaran seperti membaca, menulis, berhitung, agama, sejarah, geografi, matematika, astronomi, dan navigasi. Keturunan pemukim ini dianggap sebagai suku-suku asli saat Iroquois, Algonquin, Anasazi, Hohokam, dan Olmec .
Bukti kedua yang ditawarkan oleh Profesor Fell adalah bahwa tulisan “In the Name of Allah” ditemukan di atas batu selama ia bekerja arkeologi di Nevada, berasal dari abad ketujuh, ketika sistem tanda haraka belum dikembangkan. Demikian juga, batu bantalan tulisan “Muhammad adalah Nabi Allah” adalah berkaitan dengan era yang sama. Seperti yang terlihat dengan perbandingan dua gambar, prasasti tidak dalam gaya modern Arab, sebaliknya mereka berada dalam gaya Cufic yang relevan dengan abad ketujuh.
Orang-orang Arab, sesuai dengan temuan Profesor Fell, menetap di Nevada selama abad ketujuh dan kedelapan. Keberadaan awal dari sebuah sekolah, yang mengajarkan Islam dan ilmu pengetahuan, khususnya navigasi, telah terungkap setelah penyelidikan arkeologi yang dilakukan oleh Profesor Heizer dan Baumhoff of California Universitas sekitar WA 25 di situs Nevada. Penggalian di Nevada telah menemukan tulisan di naskhi Arab dan gaya Cufic yang tertulis di batu yang membawa informasi tentang sekolah ini.
Penerapan rumus matematika ” lima berlian sama alif ” (alif adalah huruf pertama dari alfabet Arab ) dapat dilihat pada gambar ini. Huruf Arab ditemukan di tengah penggalian di Nevada, berada persis gaya yang sama seperti Afrika Utara Arab. Lagi pula, rock lain ditemukan di Nevada bertuliskan nama ” Allah “, gaya yang lagi mengingatkan teknik umum dari Afrika Utara abad ketujuh dan abad kedelapan.
Kesamaan calligraphical antara berbagai gaya penulisan nama Nabi selama periode yang beragam , khususnya yang berkaitan dengan Afrika dan Amerika, ditemukan selama penyelidikan arkeologi yang mencolok. Gambar A gambar 4 ditemukan di al- Ain Lahag , Maroko dan gambar B di East River Walker , keduanya saat ini di University of California . Gambar C ditemukan di Nevada dan tokoh C dan D yang terletak di Churchill Regency dan juga saat ini diawetkan di University of California, juga mencari F ditemukan di al- Haji Minoun, Maroko sementara sosok G , tertulis pada keramik , terungkap di al- Suk, Tripoli, Libya dan tokoh H di University of California , ditemukan di Cottonwood Canyon, sementara akhirnya terletak di perbatasan Maroko dan Libya. Semua prasasti ini berasal dari abad kedelapan dan kesembilan , jelas menggambarkan kemiripan dalam gaya antara Amerika Utara dan Afrika Utara , serta terang-terangan menunjukkan migrasi yang terjadi dari Afrika ke Amerika.
Pada abad kedua belas Athapcan Tribe, terdiri dari Apache asli dan Navajos, menyerbu wilayah yang dihuni oleh orang-orang Arab, yang akhirnya melarikan diri atau diasingkan ke arah Selatan. Apache dan Navajo ini pribumi yang buta huruf, yang terpesona oleh sekolah-sekolah yang didirikan oleh orang-orang Arab, dan, mungkin dengan bantuan tawanan, berusaha meniru subyek yang sama, mengubah bentuk geometris menjadi binatang mitos, yang dilakukan selama berabad-abad.
Gambar 5 adalah tulisan Cufic ditemukan pada tahun 1951 di White Mountains, dekat dengan kota Benton di perbatasan Nevada. Kata-kata Setan maha mayan, yaitu Iblis adalah sumber dari segala kebohongan, telah ditulis dalam gaya Cufic khas abad ketujuh.
Sekali lagi, sebuah prasasti batu milik pasca-650 CE, bantalan huruf Cufic H-M-I-D kata Hamid (gambar6). Tulisan Arab lain yang ditemukan di bebatuan Atlata di Valley of Fire di Nevada.
Seorang Penulis Jurnal Amerika, Saat bepergian dari Malden ke Cambridge di negara bagian Massachusetts pada tahun 1787, Pendeta Thaddeus Mason Harris melihat beberapa koin ditemukan oleh pekerja selama pembangunan jalan. Para pekerja, tidak memperdulikan koin tersebut. Akibatnya, Harris memutuskan untuk mengirim uang tersebut ke perpustakaan Harvard College untuk pemeriksaan (gambar 7). Penelitian ini menghasilkan bahwa ini adalah sebenarnya Samarqand dirham dari abad kedelapan dan kesembilan. Seperti dapat dilihat pada gambar, koin nyata menampilkan prasasti La ilaha ill-Allah MUHAMMADUN Rasulullah (Tidak ada Tuhan selain Allah, dan Muhammad adalah Rasul-Nya) dan Bismillah (dengan nama Allah).
Gambar 8 menunjukkan sepotong batu ditemukan di sebuah gua di wilayah Corinto di El Salvador, bantalan prasasti Malaka Haji Mi Malaya, ini telah diidentifikasi sebagai berasal dari abad ketiga belas, yang menunjuk pada kemungkinan kedatangan Muslim di Amerika Selatan, yang mungkin datang dari suatu tempat di daerah Indonesia.
Secara umum, suku-suku Indian di Amerika juga percaya adanya Tuhan yang menguasai alam semesta. Tuhan itu tidak teraba oleh panca indera. Mereka juga meyakini, tugas utama manusia yang diciptakan Tuhan adalah untuk memuja dan menyembah-Nya. Seperti penuturan seorang Kepala Suku Ohiyesa : ”In the life of the Indian, there was only inevitable duty-the duty of prayer-the daily recognition of the Unseen and the Eternal”. Bukankah Al-Qur’an juga memberitakan bahwa tujuan Allah menciptakan manusia dan jin semata-mata untuk beribadah pada Allah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar