Ayo pilih mana? Toko kecil namun
omset mencukupi upah umum regional karna spesifik produk hanya yang sering lakuh dibandingkan
toko besar namun sepi pengunjung dengan banyak produk. Hal pertama yang perlu
diperhatikan daya beli langganan dan tidak bergaya hidup mewah karna adanya
pajak, terus pas di audit mark up tidak ada utang dagang. oe oe oe kelebihan
waktu senggang, usaha apa yang lagi prospek ya....
Aku bukan ahli ekonomi dan tidak
tahu urusan politik, yang aku mau kepastian dan ketenangan menikmati masa
mudaku. I Love Indonesia.
Mensamarkan fakta yang telah terjadi
tanpa maksud melukai perasaan orang lain, merupakan sejatinya seorang pengecut.
Walaupun nyata kebenaran yang ada ketika api padam dengan air hanya sedikit
ilmu yang aku ketahui. Kebebasan berkarya dan berpendapat mampu menginspirasi
jiwa muda merupakan taktik dan strategi.
Neh pengalamanku menganalisa warung kelontong selama kurun waktu 2 tahun di Jakarta dan 3 tahun di Yogyakarta sebab orang tuaku memiliki banyak tempat tinggal sebagai bentuk investasi yang sangat menguntungkan. Mengapa aku sempat menjalankan usaha ini karena bila kita menginginkan barang mewah atau pun barang elektronik canggih sekali pun tetap saja akan susut terpakai, perlu biaya tambahan seperti perawatan, operasional dan bila di jual akan sangat murah beda hal dengan investasi tanah, itu ajaran orang tuaku anak ikut orang tua sajalah. Sebagai pertimbangan sembari menunggu sekian tahun harga nilai jual tanah naik. Nah, disanalah aku berpikir akan terus belajar hingga akhir hayatku mengejar cita - cita untuk membahagiakan keluarga besarku.
Biarlah kesendirianku menggapai mimpi tertunda dan usiaku kian bertambah. Namun aku tetap belajar ekonomi walaupun tidak memiliki gelar bukan sekedar bermaksud menginginkan harta warisan.
Singkat cerita. Memang kita akui bahwa kota Jakarta itu padat penduduknya berarti ada suatu peluang usaha disana. Apapun, kapanpun, dimanapun barang dagangan kita akan tetap lakuh terjual, walaupun usaha berdekatan pasti tetap saja ada yang beli karna padat penduduk itulah salah satu sebab keuntungan yang berlakuh dalam ekonomi perputaran arus uang selain daya beli yang paling menentukan. Dalam berdagang untung sedikit namun berkali- kali dan akhirnya menemukan langganan.
Neh pengalamanku menganalisa warung kelontong selama kurun waktu 2 tahun di Jakarta dan 3 tahun di Yogyakarta sebab orang tuaku memiliki banyak tempat tinggal sebagai bentuk investasi yang sangat menguntungkan. Mengapa aku sempat menjalankan usaha ini karena bila kita menginginkan barang mewah atau pun barang elektronik canggih sekali pun tetap saja akan susut terpakai, perlu biaya tambahan seperti perawatan, operasional dan bila di jual akan sangat murah beda hal dengan investasi tanah, itu ajaran orang tuaku anak ikut orang tua sajalah. Sebagai pertimbangan sembari menunggu sekian tahun harga nilai jual tanah naik. Nah, disanalah aku berpikir akan terus belajar hingga akhir hayatku mengejar cita - cita untuk membahagiakan keluarga besarku.
Biarlah kesendirianku menggapai mimpi tertunda dan usiaku kian bertambah. Namun aku tetap belajar ekonomi walaupun tidak memiliki gelar bukan sekedar bermaksud menginginkan harta warisan.
Singkat cerita. Memang kita akui bahwa kota Jakarta itu padat penduduknya berarti ada suatu peluang usaha disana. Apapun, kapanpun, dimanapun barang dagangan kita akan tetap lakuh terjual, walaupun usaha berdekatan pasti tetap saja ada yang beli karna padat penduduk itulah salah satu sebab keuntungan yang berlakuh dalam ekonomi perputaran arus uang selain daya beli yang paling menentukan. Dalam berdagang untung sedikit namun berkali- kali dan akhirnya menemukan langganan.
Bila kita berpikiran untuk menjadi seorang pengusaha harus terus meningkatkan omset penjualan demi suatu keuntungan dan jangan lupa bersedekah bila telah sukses.
Bersyukur bukan berarti harus
memiliki, paham dan mengerti fungsi nilai sebuah benda agar berkah selamat
dunia akhirat. Allah bersama orang - orang yang berani.
Selamat beraktifitas, salam entrepreneur.
by : sih miskin yg penyayang.
Selamat beraktifitas, salam entrepreneur.
by : sih miskin yg penyayang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar