Sabtu, 20 Februari 2016

Lesbumi PBNU #3

Carita Fiksi dalam Pararaton 

Nama Ken Angrok kali pertama muncul dlm buku J.L.A.Brandes : Pararaton (Ken Angrok) of het boek der Koningen van Tumapel en Madjapahit - terbitan 's-Gravenhage -Batavia,1920. Buku itu menuturkan tokoh Ken Arok, pendiri kerajaan Tumapel yg menurunkan raja-raja Tumapel dan Majapahit serta aneka peristiwa sejarah yg diberi catatan tahun peristiwa.

Sebagai historiografi, Pararaton sangat penting dan menarik krn di dalamnya terdapat kisah-2 sejarah yg belum banyak diketahui oleh umum. Namun, untuk menjadi rujukan sejarah, historiografi hrs diuji dulu otentisitas, kredibelitas, validitas historisitasnya.

Kisah Ken Angrok, misal, tdk bisa langsung diteruma sebagai tokoh historis. Meski sangat mungkin tokoh historis, penyusun Pararaton hrs menyebutkan dari sumber mana nama Ken Angrok, Ken Dedes, Ken Umang, Mpu Gandring, dll itu diperoleh, karena belum ditemukan prasasti, kronik, catatan dari sumber asing yg menyebutkan tokoh-2 tersebut.

Negarakretagama yg mengulas perjalanan Sri Rajasanagara (Hayam Wuruk) berkeliling mengunjungi pendharmaan leluhur saat datang di Kagenengan ziarah ke persemayaman leluhur pendiri Tumapel bernama Sri Ranggah Rajasa namanya (sri ranggah rajasa kyati ngaranira...). Tdk ada sumber lain yg menyebut nama Ken Angrok. Kisah Ken Angrok sbg anak haram hasil hubungan gelap Ken Endog dgn "Brahma", yg mengakibatkan Gaja Para mati tdk ditemukan di sumber mana pun. 

Kisah kejahatan Ken Angrok membunuh Empu Gandring dgn akibat jatuhnya kutukan tujuh turunan dari keris Empu Gandring, terbukti tidak sesuai dgn data yg tertulis pada prasasti Mula Malurung yg dikeluarkan Sri Prabhu Sminingrat Wisynu warddhana yg menuturkan Raja Anusanatha wafat krn usia tua dan sakit, bukan dibunuh Tohjaya seperti Pararaton. Paparan prasasti Mula Malurung meruntuhkan dongeng dlm Pararaton.

Atas dasar itu, dapat disimpulkan bhw kisah Ken Angrok adalah kisah fiktif yg disusun untuk menggambarkan tokoh pendiri Kerajaan Tumapel yg merupakan leluhur raja-2 Majapahit, Demak, Giri, Blambangan, Tabanan, Madura, Pajang, Mataram, Jogjakarta, Surakarta, termasuk Pangeran Diponegara yg menyulut perang Jawa 1825 - 1830 yg hampir membuat bangkrut kerajaan Belanda.
Lesbumi PBNU

Tidak ada komentar: