Sabtu, 01 November 2014

Padi Polibag, Tanam dan Panen Bisa Sepanjang Tahun

TANAM PADI: Agus Siswoyo menanam padi menggunakan pot dan polibag di pekarangan rumah, Jumat (31/10). (suaramerdeka/Hanung)

GROBOGAN, suaramerdeka.com - “Silakan duduk dulu mas. Saya baru mengolah lahan padi,” kata Agus Siswoyo pada wartawan, Jumat (31/10).

Mengolah lahan padi? Padahal Pemuda usia 30 tahun asal Dusun Widuri RT 1 RW 7 Desa Cingkrong Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan ini sedang di pekarangan samping rumah. Tak ada bajak, pacul atau peralatan lain layaknya petani mengolah tanah sawah. Hanya cetok yang ada di genggaman untuk memasukkan tanah yang sudah dicampur kompos ke dalam pot dan polibag. “Pot dan polibag ini untuk media tanam padi. Hasil panennya bagus lho mas,” kata Agus bersemangat.

Mulailah ia menceritakan pengalamannya menanam padi menggunakan pot dan polibag semenjak tahun 2009. Pada mulanya, hanya sebatas ujicoba sekaligus untuk mengetahui karakter varietas padi. Namun melihat hasilnya yang luar biasa, Agus kemudian menanam padi di ratusan polibag. Total sudah ratusan varietas yang pernah ia tanam hingga panen. Mulai dari ciherang, mugibat, logawa, sri jaya, merah 85, ciliwung bangkok hingga parikesit.

Agus tak sembarangan menilai bagus hasil panenanya. Ia menghitung detil berapa gram padi yang dihasilkan. Satu polibag, sebaiknya ditanami satu bulir atau batang padi. Hal itu berkaitan dengan keterbatasan asupan makanan yang tersedia. Lebih dari satu batang pun bisa, namun hasilnya tak akan maksimal.

Misalnya satu bulir padi varietas inpari 10, akan menghasilkan 82 anakan. Padahal kalau di lahan persawahan paling banter hanya 50 anakan. Dari jumlah anakan itu akan muncul sekitar 58 malai (batang padi). Jika dipanen bisa mencapai 120 gram gabah kering panen. Artinya hasil panen bisa dua hingga tiga kali lipat dari lahan persawahan. “Jadi pekarangan tak hanya bisa ditanami sayur atau buah. Segala makanan pokok sebenarnya bisa. Tanam padi tidak harus punya sawah,” ujar pemuda lulusan Jurusan Teknik Elektronika Industri SMK 7 Semarang yang keranjingan uji coba bidang pertanian ini.

Soal biaya, dipastikan murah meriah. Harga pot berdiameter 30-35 cm hanya Rp 5 ribuan. Polibag lebih murah lagi, Rp 5 ribu untuk 1 kg yang berisi 50 plastik. Tanah dan kompos bisa mengolah sendiri atau membeli dengan harga kisaran Rp 10 ribu/karung. Jika dikalkulasi dengan pupuknya, per polibag hanya membutuhkan biaya Rp 8 ribu mulai dari tanam hingga panen. Soal hama, tentu lebih minim. Lantaran media sudah steril. Paling hanya burung pemakan biji yang jadi ancaman. Hanya, yang perlu diperhatikan adalah metode penyiramannya.

Terpisah Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura (Dinpertan TPH) Grobogan Edhie Sudaryanto mengatakan sudah ada beberapa masyarakat yang mempraktekan hal tersebut. Tanam padi dengan sistem polibag tidak mengenal musim. Tiap bulan tanam pun bisa. Artinya, mau panen tiap bulan juga bisa. Tinggal diatur masa tanamnya. “Semakin banyak yang menanam tanaman pangan, buah, sayuran di pekarangan maka ketahanan pangan akan semakin meningkat. Dinas mendukung inovasi dan kreatifitas masyarakat,” kata Edhie.

Sumber: http://berita.suaramerdeka.com/padi-polibag-tanam-dan-panen-bisa-sepanjang-tahun/

Tidak ada komentar: