Rabu, 14 Agustus 2013

Manfaatkan Mikroba sebagai Pupuk Organik

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia membiakkan mikroba perakaran atau plant growth promoting Rhizobacteria. Mikroba itu dimanfaatkan sebagai pelengkap pupuk organik hayati. Penggunaannya memandirikan petani, mengurangi ketergantungan terhadap pupuk kimia, dan menyehatkan tanah.

LIPI mengoleksi mikroba di setiap tipe ekosistem Indonesia. Koleksi disimpan di Indonesian Culture Collection di Cibinong Science Center. Mikroba-mikroba itu memiliki karakteristik berbeda untuk setiap jenis lahan, di antaranya mikroba untuk memacu hormon pertumbuhan,” kata Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Hayati Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Siti Nuramaliati Prijono, akhir Juni lalu, di Kecamatan Kedunggalar, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur. Ia menghadiri panen perdana padi yang menggunakan pupuk organik hayati dilengkapi mikroba dari Beyonic-StarTmik LIPI.

Beyonic-StarTmik LIPI adalah label untuk produk pembiakan mikroba sesuai keperluan. Tidak hanya untuk pertumbuhan tanaman, tetapi juga bisa untuk biopestisida, misalnya.
Menurut Siti, pupuk organik hayati (POH) Beyonic-StarTmik LIPI memiliki keunggulan tambahan perbanyakan mikroba sesuai kebutuhan dan tak dimiliki pupuk organik lain. Di Ngawi, mikroba hasil pembiakan LIPI digunakan untuk produksi padi.

Menurut Sarjiya Antonius dari Pusat Penelitian Biologi LIPI, penggunaan POH Beyonic-StarTmik LIPI meningkatkan 20 persen sampai 30 persen hasil produksi. Selain itu, bisa untuk mengurangi biaya produksi.

”Harga produksinya jauh lebih murah jika dibandingkan menggunakan pupuk kimia. Kalau harga pupuk kimia Rp 40.000, biaya produksi untuk POH Beyonic-StarTmik LIPI setara pupuk kimia hanya sekitar Rp 10.000,” kata Sarjiya.

Selain biaya ditekan sampai 25 persen dibandingkan pupuk kimia, POH Beyonic-StarTmik LIPI juga ramah lingkungan.

Bahan di sekitar
Bahan karbohidrat dan protein hayati yang ada di sekitar, menurut Sarjiya, merupakan faktor utama penekan biaya produksi POH Beyonic-StarTmik LIPI menjadi lebih murah. Di Ngawi sempat dicontohkan produksi 100 liter POH untuk 1 hektar sawah padi menggunakan 13 macam bahan.
Untuk sumber karbohidrat digunakan gula merah 3 kilogram, tetes tebu 3 liter, tepung jagung 3 kilogram, dan bekatul 3 kilogram. Sumber protein memanfaatkan kecambah 6 kilogram, tepung ikan 3 kilogram, dan telur ayam empat butir.

Kemudian ditambahkan air kelapa muda empat buah, agar-agar instan empat bungkus, kapur setengah kilogram, dan fosfat (nutrisi anorganik triple super phosphate/TSP) setengah kilogram. Mikroba Beyonic-StarTmik digunakan sebanyak 3 liter dan air bersih 100 liter.
 
”Proses produksinya menggunakan proses fermentasi selama tiga minggu,” kata Sarjiya.
 
Cara membuat POH, pertama merebus kecambah untuk mendapat air perasan kecambah lunak. Bekatul dicampur tepung ikan direbus. Gula merah juga direbus. Setelah dingin, semua bahan dicampur.
 
Campuran ini kemudian ditambah telur mentah yang sudah dikocok, agar-agar, fosfat TSP, tepung jagung, tetes tebu, kapur, dan 100 liter air bersih.

Campuran ini lalu ditambah Beyonic-StarTmik LIPI. Proses anaerob selama tiga pekan menjadikan campuran berbagai bahan tadi sebagai pupuk cair organik hayati yang diperkaya mikroba.

Model
Anggota Komisi VII DPR, Markum Singodimejo, ikut hadir dalam panen perdana padi menggunakan pupuk hasil pengembangan LIPI. Proses produksi POH Beyonic-StarTmik LIPI di Ngawi menjadi model pemanfaatan hasil riset LIPI.

”Selama ini hasil riset berbagai lembaga hanya menjadi tumpukan laporan. Penerapan hasil riset LIPI menjadi POH menjadi model yang dibutuhkan petani,” kata Markum.
 
Bupati Ngawi Budi Sulistyono mengatakan, adopsi pengetahuan baru oleh masyarakat petani membutuhkan contoh nyata di lapangan. Namun, gerakan masyarakat petani membutuhkan arah kebijakan yang jelas dari tingkat pemerintah pusat.

Siti Nuramaliati mengatakan, sebelum di Ngawi, Beyonic- StarTmik LIPI sudah diuji coba di Malinau, Kalimantan Timur, dan juga di Wonogiri.

”Untuk aplikasi hasil riset ini tidak pernah dialokasikan anggarannya oleh LIPI. Peran pemerintah daerah diharapkan,” kata Siti.

Model produksi POH Beyonic-StarTmik LIPI di tengah masyarakat tidak hanya menjanjikan hasil produksi yang meningkat, tetapi juga menambah pengetahuan masyarakat tentang manfaat mikroba tanah yang dapat dibiakkan dan dimanfaatkan untuk membantu petani.

Kompas Cetak, 12 Juli 2013.
Oleh : Nawa Tunggal

Sumber : https://www.facebook.com/notes/biogas-rumah/manfaatkan-mikroba-sebagai-pupuk-organik/449236308505895

Tidak ada komentar: