Rabu, 06 April 2016

Ikhlas yg Tersistem

Orang yang menciptakan suatu karya akan merasakan suatu rasa bangga, bahagia ketika bersilahturahmi menggunakan system. Diantaranya system :
Sistem Liberal

Ketika akidah bernafsu amarah bisu, rasa bangga belajar berani menciptakan seakan berdzikir dgn gaya hidup menggunakan hati memiliki ilmu.

Sehingga keislaman dijalani dgn jiwa sosial menemukan karomah menjadikan kekuasaan berkemauan melepas sistem liberal seakan bermakna malu “siapa yg bersungguh-sungguh pasti akan berhasil”.

Mengetahui mimpi termotivasi optimis tanpa unsur paksaan menjadikan jiwa pintar memiliki potensi diri.

Capailah rahmat yg harus diraih, sikap trampil mulia serta sabar menyemangati keseriusan mengucapkan syahadat seiring syariat selamat tahan banting terjagalah hati.

Orangnya pun akan tawadhu walau ujian umur sudah berkepala tiga, hidup pun seakan berwarna khususnya warna hijau.   

Sistem Demokrasi

Ketika akhlak bernafsu penyesalan, rasa bahagia kreatif percaya diri menjadikan karya berharga seakan bermujahada dgn memakai pola pikir menggunakan otak menggerakan amal perbuatan.

Sehingga iman pun menikmati ibadah menemukan ilham menjadikan sikap mandiri kebiasaan menahan sistem demokrasi agar bermanfaat walaupun ghaib “siapa yg bersabar akan beruntung”.

Mengerti ada bukti serta berkomitmen mampu memiliki keinginan untuk cerdas berbakat.

Pengampunan berdasarkan trampil sikap mulia yakin berpikiran positif dgn cara sholat ilmu makrifat akan menemukan solusi jika dilakukan secara kontinyu dinamis.

Orangnya akan terpelihara istiqomah walau pun cobaan datang, rizqi tidak kemana dgn tekad bulat hidup pun seakan berwarna khususnya warna kuning seakan tak terpisahkan.

Sistem Kapitalis

Ketika etika bernafsu tenang, silahturahmi merupakan tanggung jawab sikap bijaksana memperkarsai sholawat, suatu program secara lisan anak sholeh agar menjadi ikhsan mensyukuri nikmat agar barokah.

Sehingga muncul hidayah memiliki kepribadian dgn cara berlatih menolak sistem kapitalis maka timbullah hikmah yg nyata “siapa yg menanam akan menuai yg ditanam”.

Memahami hikmah memiliki gagasan serta berwawasan luas menjadikan sikap bejo membutuhkan idealisme.

Siksa kubur terlupakan dgn rasa gembira mengharap ridho ilahi, tersadar dgn cara berjihad dan puasa hingga hakikat kesuksesan konsisten konsekuen sehat lapang dada.

Walau pun musibah menerjang, nama seakan terkotak-kotak mengisi kehidupan menjadikan warna merah memberikan warna efek tersendiri.

Intuisi, 6-7 April 2016.

Tidak ada komentar: